JAKARTA (Pos Kota) – Sebanyak 200 kepala sekolah dan pengawas dari daerah 3T (tertinggal, terluar dan terdepan) melakukan kunjungan ke 4 sekolah di DKI Jakarta, satu diantaranya SMA Negeri 3 Jakarta Selatan.
Mereka banyak belajar terkait keberhasilan SMA N 3 yang kini mencanangkan visi misi kembali menjadi teladan. “Kami sharing langkah-langkah apa yang kami lakukan terkait keinginan menjadi sekolah teladan,” kata Kepala SMAN 3 Ratna Budiarti, M.Biomed Kamis (17/3).
Diakui julukan sekolah teladan pernah disandang SMA N 3 Jakarta. Keteladanan tersebut telah melahirkan banyak tokoh dan pejabat publik. Bagi Ratna, mengembalikan sekolah menjadi institusi teladan membutuhkan sinergi dan kerjasama antara sekolah, siswa, dan komite sekolah termasuk masyarakat dan orangtua.
Tanpa dukungan komite, siswa, alumni dan masyarakat maka program sebagus apapun yang dicanangkan oleh sekolah tidak akan bisa dilaksanakan dengan baik.
Ratna mengakui untuk menuju sekolah teladan baik teladan dalam bidang akademik maupun non akademik, saat ini SMA N 3 Jakarta juga telah mencanangkan diri sebagai sekolah anti bullying dan sekolah ramah anak.
Berbagai dukungan terus mengalir termasuk dari Menkes Nila F Moeloek yang merupakan salah satu alumni, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, Komenterian Informasi dan Kementerian Luar Negeri terkait sekolah anti bullying dan sekolah ramah anak.
Dalam kunjungan belajar tersebut, kepala sekolah dan pengawas dari daerah 3T banyak belajar kepada SMA N 3. Mulai dari manajemen sekolah, pengelolaan sumber belajar,kegiatan belajar mengajar (PBM) hingga kegiatan ekstrakurikuler dan kerjasama dengan komite sekolah. Termasuk mengenal budaya Betawi dan makanan khasnya.
Peran Kepala Sekolah Besar
Wiji Purwanta, Pengawas SMA N 3 Jakarta mengatakan dipilihnya SMA N 3 menjadi salah satu sekolah studi bagi Kepsek dan pengawas dari daerah 3T karena SMA N 3 memiliki banyak catatan prestasi. Baik prestasi akademik maupun non akademik (ekstrakurikuler). “Peran kepala sekolah sangat besar dalam mendorong kemajuan dan prestasi sekolah,” jelas Wiji.
Untuk mengembalikan SMA N 3 Jakarta menjadi sekolah teladan baik dalam bidang akademis maupun non akademis, harus dimulai dari hal-hal seperti kedispilnan, optimalisasi KBM, kerjasama dengan komite, dukungan lingkungan, peran alumni dan sebagainya.
“Hal-hal positif tersebut kita bagikan kepada kepsek dan pengawas dari daerah 3T. Tentu kami juga minta masukan, kritik membangun dari mereka,” tandas Wiji.
Sementara itu Muslih, Kepala Seksi Pendidikan Layanan Khusus dan Satuan Pendidikan Indonesia Luar Negeri Kemendikbud mengatakan jumlah kepsek dan pengawas dari daerah 3T yang mengikuti studi di Jakarta tercatat 200 orang. Mereka berasal dari 21 propinsi di Indonesia. sumber:http://poskotanews.com/2016/03/17/sman-3-jakarta-dikunjungi-kepsek-dan-pengawas-dari-daerah-3t/
JAKARTA (Pos Kota) – Sebanyak 200 kepala sekolah dan pengawas dari daerah 3T (tertinggal, terluar dan terdepan) melakukan kunjungan ke 4 sekolah di DKI Jakarta, satu diantaranya SMA Negeri 3 Jakarta Selatan.
Mereka banyak belajar terkait keberhasilan SMA N 3 yang kini mencanangkan visi misi kembali menjadi teladan. “Kami sharing langkah-langkah apa yang kami lakukan terkait keinginan menjadi sekolah teladan,” kata Kepala SMAN 3 Ratna Budiarti, M.Biomed Kamis (17/3).
Diakui julukan sekolah teladan pernah disandang SMA N 3 Jakarta. Keteladanan tersebut telah melahirkan banyak tokoh dan pejabat publik. Bagi Ratna, mengembalikan sekolah menjadi institusi teladan membutuhkan sinergi dan kerjasama antara sekolah, siswa, dan komite sekolah termasuk masyarakat dan orangtua.
Tanpa dukungan komite, siswa, alumni dan masyarakat maka program sebagus apapun yang dicanangkan oleh sekolah tidak akan bisa dilaksanakan dengan baik.
Ratna mengakui untuk menuju sekolah teladan baik teladan dalam bidang akademik maupun non akademik, saat ini SMA N 3 Jakarta juga telah mencanangkan diri sebagai sekolah anti bullying dan sekolah ramah anak.
Berbagai dukungan terus mengalir termasuk dari Menkes Nila F Moeloek yang merupakan salah satu alumni, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, Komenterian Informasi dan Kementerian Luar Negeri terkait sekolah anti bullying dan sekolah ramah anak.
Dalam kunjungan belajar tersebut, kepala sekolah dan pengawas dari daerah 3T banyak belajar kepada SMA N 3. Mulai dari manajemen sekolah, pengelolaan sumber belajar,kegiatan belajar mengajar (PBM) hingga kegiatan ekstrakurikuler dan kerjasama dengan komite sekolah. Termasuk mengenal budaya Betawi dan makanan khasnya.
Peran Kepala Sekolah Besar
Wiji Purwanta, Pengawas SMA N 3 Jakarta mengatakan dipilihnya SMA N 3 menjadi salah satu sekolah studi bagi Kepsek dan pengawas dari daerah 3T karena SMA N 3 memiliki banyak catatan prestasi. Baik prestasi akademik maupun non akademik (ekstrakurikuler). “Peran kepala sekolah sangat besar dalam mendorong kemajuan dan prestasi sekolah,” jelas Wiji.
Untuk mengembalikan SMA N 3 Jakarta menjadi sekolah teladan baik dalam bidang akademis maupun non akademis, harus dimulai dari hal-hal seperti kedispilnan, optimalisasi KBM, kerjasama dengan komite, dukungan lingkungan, peran alumni dan sebagainya.
“Hal-hal positif tersebut kita bagikan kepada kepsek dan pengawas dari daerah 3T. Tentu kami juga minta masukan, kritik membangun dari mereka,” tandas Wiji.
Sementara itu Muslih, Kepala Seksi Pendidikan Layanan Khusus dan Satuan Pendidikan Indonesia Luar Negeri Kemendikbud mengatakan jumlah kepsek dan pengawas dari daerah 3T yang mengikuti studi di Jakarta tercatat 200 orang. Mereka berasal dari 21 propinsi di Indonesia. sumber:http://poskotanews.com/2016/03/17/sman-3-jakarta-dikunjungi-kepsek-dan-pengawas-dari-daerah-3t/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar